Langsung ke konten utama

Nagabonar (jadi) 2 : Membedah Nasonalisme

Waktu lagi bingung mo nulis tentang kemerdekaan, tiba-tiba ada tawaran untuk Nonton Bareng Nagabonar (jadi) 2 di UKSW Salatiga. Tentu saja langsung berangkaattt karena ini bukan sekedar nonton tetapi ada diskusi membedah film ini.
Film Nagabonar (jadi) 2 ini mencoba menggugah kembali semangat nasionalisme dari penontonnya. Karena segmen yang disasar terutama kaum muda maka kemasan film ini dibuat dalam bentuk pop. Dan ternyata cara ini cukup ampuh, terbukti dari respon yang didapat selama ini. Ada seorang anak muda yang setelah menonton film ini, dia jadi dapat menghormati bapaknya yang adalah seorang pejuang. Film ini sendiri sampai tulisan ini dibuat sudah ditonton sekitar 1,8 juta orang. Dan atas desakan banyak pihak maka film Nagabonar yang pertama akan diputar ulang di bioskop-bioskop Indonesia pada bulan November bertepatan memperingati Hari Pahlawan.
Deddy Mizwar sebagai pemeran utama sekaligus sutradara film Nagabonar (jadi) 2 ini juga mengatakan bahwa film ini dibuat untuk melihat Indonesia dengan hati dan melihat setiap perbedaan dengan cinta. Perbedaan tidak bisa dihapuskan atau disamakan tetapi harus dimengerti.
Acara yang diprakarsai oleh kelompok mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Fisipol UKSW konsentrasi broadcasting ini terbilang sukses terbukti dari penuhnya ruang pemutaran di Balairung Utama UKSW Salatiga. Hasil penjualan tiket yang dibandrol Rp 10.000,- per orang ini kemudian diserahkan kepada Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Ranting Salatiga

Komentar

bunda mengatakan…
PERTAMAXX..
emang udah nonton to?
Anonim mengatakan…
MERDEKA!!!

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se