Langsung ke konten utama

Kehilangan Makna

Seorang pria membeli seekor burung beo yang pernah menjadi juara dengan harga yang sangat mahal. nah, agar si beo ini dapat berbicara lebih banyak lagi, maka pria ini membelikan sebuah sangkar yang ebnar-benar elegan dan besar. Herannya, di sangkar yang sedemikian bagus, burung beo ini malah tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Sang penjual segera menyarankan agar pria ini membeli cermin sebab dengan adanya cermin si beo akan merasa nyaman. Tetapi usaha ini tidak membuahkan hasil. kembali si penjual beo menyarankan agar pria ini membeli tangga dan ayunan supaya burung beo itu senang. Namun tetap saja usaha ini sia-sia dan si burung beo benar-benar melakukan aksi bungkam mulut. Beberapa hari kemudian si beo tergolek lemah dan tiba-tiba mengeluarkan suara yang selama ini ditunggu-tunggu. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, beo itu berkata,"Apakah tidak ada makanan selain cermin, tangga dan ayunan mahal ini?"

Tahu moral cerita ini? Si beo diperlengkapi dengan fasilitas bagus dan mahal, tetapi sayang si pria lupa memberi makan kepadanya. Tidak heran kalau burung beonya tidak mau bersuara dan akhirnya mati. Hal yang penting dan mendasar justru dilupakan, sebaliknya si pria malah berkonsentrasi pada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.

Mengabaikan hal yang penting karena disibukkan hal-hal yang kurang perlu. Situasi akan semakin jelas menjelang hari Natal atau perayaan penting di gereja. Mempersiapkan diri begitu rupa menyongsong hari suci sampai tak menyadari bahwa ia sudah kehilangan makna yang sebenarnya. Sibuk rapat, cari dana, latihan koor, menyiapkan drama atau operet dan segudang kegiatan lain yang dianggap penting pada momen ini. Namun pada gilirannya, ia melupakan makna yang sebenarnya dari momentum yang sedang ia rayakan. Setelah semuanya berlalu, maka tak tersisa sedikitpun makna yang bisa direnungkan. Kecuali hanya menyisakan keletihan dan kecapekan yang luar biasa. Semoga tulisan ini dapat selalu mengingatkan agar di saat kita menyibukkan diri pada sebuah momentum yang sedang kita rayakan, kita tidak kehilangan makna sebenarnya dari momentum itu.

Komentar

Anonim mengatakan…
hwehehe,,, preparing christmas to?
bagus juga tu critanya... kadang kita lupa hal2 kecil yang urgent, demi hal2 lain...h
Anonim mengatakan…
Siap2 Natalan nih mas.
Iya.. yang penting maknanya ya Mas, selamat menyiapkan Christmas!

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se