Langsung ke konten utama

Saat Kekecewaan Mendera….


Dalam kehidupan ini, siapa sih yang nggak pernah mengalami kekecewaan. Kita semua pasti pernah mengalaminya yang sumbernya bisa berasal dari :
1. Materi
Uang atau sesuatu yang seharusnya kita terima tetapi tidak kita terima.
2. Situasi
Peristiwa atau keadaan yang tidak kita inginkan.
3. Orang lain
Kita kecewa karena orang lain tidak ada yang peduli dengan kita.

Yang “TIDAK” seharusnya kita lakukan saat kecewa :
1. Membalas
“Ask God to bless everyone who mistreats you. Ask Him to bless them and not curse them.” (Rm 12:14)
2. Membagi-bagikannya
“For vexation killeth the foolish men and jealousy slayeth the silly one.” (Job 5:2)
“Stop being bitter and angry and mad at others. Don’t yell at one another or curse each other or ever be rude.” (Eph 4:31)
3. Memeliharanya
“Don’t get so angry that you sin, don’t go to bed angry.”
“Be angry, yet do not sin. Do not let the sun go down on your wrath.”
(Eph 4:26-27)

Yang seharusnya kita lakukan saat kecewa :
1. Lepaskan
“So Moses cried out in prayer to God.” (Exo 15:25)
2. Ijinkan Tuhan Membalikkan
Dissapointments are really His appointments.
Tuhan bisa menunjukkan hal yang manis untuk mengubah hal yang pahit.
3. Terus Bergerak Maju.
Kekecewaan jangan sampai menghentikan kita. Bila berhenti, kita hanya akan merasakan kekecewaan itu terus dan tidak akan pernah menikmati kebahagiaan yang ada di depan kita.

We know that God is always at work for the good of everyone who loves Him.
They are the ones God has chosen for His purpose.

(Rm 8:28)


Komentar

geka mengatakan…
Kecewa itu manusiawi.
Anonim mengatakan…
sama, saya juga lagi kecewa ini
soalnya kayaknya belum bisa beli PS3 tahun ini.
:(
eh..
:)
Kang Andhi mengatakan…
*Gus Koko
yuupp... memang manusiawi. Tapi kalo berlarut2 itu yg bikin masalah

*Budi
tunggu PS4 aja sekalian.... :)

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se