Langsung ke konten utama

Nasihat Burung KakakTua

Suatu hari saat pemburu sedang melakukan perburuan di hutan, ia menemukan seekor burung kakaktua yang terluka. Karena kasihan, ia membawa pulang burung yang terluka itu dan merawatnya dengan penuh kesabaran. Diberinya burung kakaktua itu obat serta makan dan minum.

Tak berapa lama, burung itu pun sembuh lalu menasihatinya,"Pemburu yang baik, sebagai tanda terima kasihku aku ingin memberimu tiga nasihat bijak: pertama, janganlah mudah percaya dengan segala yang kau dengar. Kedua, jangan melakukan sesuatu di luar kemampuanmu. Terakhir, jika berbuat kesalahan segera lupakan dan buat rencana untuk masa yang akan datang."

Si pemburu pun melepaskan burung kakaktua supaya hidup bebas. Tapi, ketika burung itu belum terbang tinggi, ia berkata kepada pemburu itu,"Kamu telah melakukan kesalahan besar karena telah membebaskan aku. Di dalam tubuhku ada berlian yang sangat mahal harganya. Kamu pasti bisa menjadi orang kaya jika tidak melepaskanku!"

Pemburu itu sangat terkejut. Ia segera memanjat pohon tempat burung kakaktua itu hinggap dan berusaha menangkapnya kembali. Ia ingin memiliki berlian yang ada di dalam tubuh burung kakaktua itu. Si burung pun terbang agak ke atas sedikit, memancing si pemburu untuk terus mengejarnya. Tanpa memperdulikan bahaya, pemburu itu pun terus memanjat dahan-dahan pohon yang tinggi itu. Tiba-tiba, kakinya menginjak dahan kecil yang tidak kuat menopang tubuhnya. Akhirnya, bruuuuuk! Pemburu jatuh dan kakinya patah.

Melihat hal itu, burung kakaktua tertawa,"Kalau kamu bijaksana seharusnya kamu menuruti nasihatku. Kamu mempercayai bualan yang tidak masuk akal. Berusaha menangkapku padahal sudah jelas kamu tidak mungkin dapat menangkap burung yang sudah terbang tinggi. Ketika usaha itu gagal, kamu tidak mau belajar dari pengalaman bahkan melakukan sesuatu yang tolol sehingga mencelakai dirimu sendiri!" Sesaat kemudian, burung kakaktua itu terbang melesat tinggi ke langit yang biru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

Menyibak Halimun Puncak Bromo

Setelah tidur 2 jam, tepat tengah malam kami berpamitan untuk meneruskan perjalanan kami ke Bromo. Gelapnya malam tidak terasa karena malam itu kebetulan malam bulan purnama. Keindahan bulan purnama yang bersinar diantara pegunungan membuatku ingin mengabadikannya. Begitu keluar dari mobil, Brrrrrr..... hawa dingin langsung menyergap, membuat tubuh ini gemetaran. Walhasil, foto bulannya malah jadi begini. ( hehehe... yg motret kayaknya lagi punya masalah sama hati nih... ) Jam 04.00 kami tiba di pos terakhir. Sebenarnya kami ingin ke Penanjakan untuk melihat sunrise dengan mobil pribadi tetapi ternyata hal itu tidak diperbolehkan. Kami diharuskan menyewa mobil dari penduduk setempat. Begitu mendengar tarifnya, kami langsung terhenyak lemas. Bayangkan 600 ribu harus kami keluarkan untuk menyewa pulang-pergi mobil jenis Toyota Hartop. Tawar-menawarpun terjadi dengan seru. Disepakati tarifnya 150rb tetapi hanya sampai di kaki Gunung Bromo sebab katanya dari situ juga bisa melihat sunrise...

TAAT

Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebuah batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya. Hal ini kemudian dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan sia-sia. Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya." Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat t...