Langsung ke konten utama

5 Hari Menyusuri Surabaya-Bali

Hari Pertama

Perjalanan diawali dari kota Salatiga tepatnya di kampus Universitas Kristen Satya Wacana sebab yang punya gawe ini adalah mahasiswa dari kampus ini terutama anak-anak FISIP bidang studi Ilmu Komunikasi. Jam 13.00 bis yang kami tumpangi mulai berangkat. Bisnya 2 buah, cukup nyaman karena keluaran tahun 2007 dan salah satunya namanya unik, Efisiensi. Sedangkan biro perjalanan yang dipakai adalah Damai Tour yang berlokasi di Jangli Perbalan 69 Semarang. Sesudah 5 jam perjalanan, kami berhenti di RM Nirwana-Nganjuk untuk makan malam. Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali dan akhirnya kami tiba di Surabaya jam 22.30, langsung menuju ke Hotel Orchid yang terletak di jalan Bongkaran. Berhubung tadi makannya belum kenyang plus AC yang begitu dingin membuat kami tidak langsung tidur tetapi menyerbu kafetaria yang ada di hotel tersebut. Sempat juga kenalan dengan gadis manis yang jaga di salah satu kafetaria tersebut. Gimana kabarmu Vanya???

Hari Kedua

Jam 07.30 kami check out dari hotel lalu meluncur ke Suara Surabaya Media.


Jam 12.00 tiba di MNC Group yang merupakan tempat bernaungnya Stasiun RCTI dan Koran Sindo.

Terakhir jam 14.00 sampai jam 17.00 kami berada di Gedung Graha Pena untuk melihat dapurnya Koran Jawa Pos dan Stasiun J-TV.

Setelah puas, kami lalu melanjutkan perjalanan ke Bali. Dalam perjalanan tersebut kami juga sempat melewati Porong yang sampai saat ini masih belum juga berhenti semburan lumpurnya.

Hari Ketiga

Tiba di pelabuhan Banyuwangi jam 02.00 dini hari. Sesudah antre kurang lebih 1,5 jam akhirnya kami bisa naik ke kapal ferry untuk menyeberang ke Bali. Selama penyeberangan, banyak yang naik ke atas kapal untul melihat dan mengabadikan via kamera pergantian waktu dari malam ke pagi hari.

60 menit kemudian kami sampai di pelabuhan Gilimanuk. Hal pertama yang dilakukan setelah kami mendarat di Pulau Dewata adalah menyetel jam tangan kami karena Bali sudah termasuk dalam Waktu Indonesia bagian Tengah ( WITA ).

Dari pelabuhan, kami menuju ke Pasar Seni Soka Indah untuk mandi dan sarapan. Di tempat ini memang menyediakan kamar mandi yang puluhan jumlahnya dan di belakangnya tersaji pantai yang cukup elok panoramanya.

Sesudah segar dan kenyang, kami segera meluncur ke tempat tujuan selanjutnya. Namun karena mepetnya waktu terpaksa rombongan dipecah menjadi dua. Satu bis menuju ke TVRI Bali, sedangkan yang lain menuju ke Bali TV. Disepakati kami ketemu di toko Pusat Jajan Bali lalu menuju ke Pantai Kuta untuk melihat sunset.

Sehabis itu, barulah kami ke hotel Abian Srana untuk check in. Dan seperti biasa, setelah sampai di hotel bukannya istirahat tapi malah nglayap lagi ke Kuta untuk melihat suasana Kuta di waktu malam.

Hari Keempat

Meskipun tidak termasuk dalam agenda tour, namun karena hotel tempat kami menginap lokasinya dekat dengan Pantai Sanur maka kami nekad jalan kaki berangkat sendiri jam 05.00 WITA ke pantai Sanur untuk menyaksikan sunrise.

Begitu terpesonanya kami dengan pemandangan yang kami lihat, membuat kami lupa waktu. Saat melihat jam ternyata sudah menunjukkan 06.45 WITA padahal tadi malam sudah disepakati rombongan akan berangkat jam 07.00 WITA. Setengah berlari kami segera kembali ke hotel. Puji Tuhan ternyata acaranya molor!! Jadi kami sempat mandi dan sarapan. Rombongan akhirnya berangkat jam 07.30 WITA ke Jangkrik 85, tempat pembuatan kaos karikatur Bali. Lalu jam 10.30 WITA ke Joger, pabrik kata-kata. Jam 13.00 WITA kami meninggalkan Joger menuju ke daerah Celuk untuk makan siang. Dari Celuk kami dibawa ke Pasar Seni Sukawati untuk belanja oleh-oleh. Jam 16.30 WITA kami sudah berada di bis untuk menuju ke pelabuhan Gilimanuk. Sekitar jam 20.00 WITA kami tiba di pelabuhan dan tidak sebagaimana waktu berangkat, kami tidak perlu antre terlalu lama Tetapi ombak di selat Bali malam itu agak besar. Satu jam kemudian sampailah kami kembali di Pulau Jawa. Lalu kami dibawa ke restoran untuk makan malam.

Hari Kelima

Jam 11.00 WIB sampailah kami di Salatiga kembali. Oya, ini baru cerita tentang jadwal perjalanan saja. Kesan-kesan dan foto-foto apa saja yang diperoleh di masing-masing tempat yang dikunjungi akan diceritakan nanti. Tunggu yaaa.... !!!!

Komentar

Anonim mengatakan…
jalan2 terus mas??makannya ngga pernah nongol di kopdar loenpia...oleh2nya mana nih??

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se