Langsung ke konten utama

Main Aman Saja

Alkisah ada seorang petani tua, yang compang-camping dan telanjang kaki, yang duduk di tangga gubuk yang reyot, sambil mengunyah sebatang rumput. Seorang yang lewat berhenti dan bertanya apakah dia boleh minta air minum. Karena ingin bersikap ramah, orang asing ini mengajak petani bercakap-cakap.

"Bagaimana tanaman kapas Anda tahun ini?"
"Tidak punya," jawab petani
"Tidakkah Anda menanam kapas?" Tanya orang ini.
"Tidak," jawab petani, "Takut kumbang kapas."
"Nah, " kata pendatang ini, "bagaimana dengan jagung Anda?"
"Tidak menanam jagung," jawab petani, "Takut hujan tidak akan cukup banyak."
"Nah, " kata orang asing yang serba ingin tahu ini, "Apa yang Anda tanam?"
"Tidak suatu apapun," jawab petani, "Saya cari amannya saja."

Banyak orang yang beritikad baik hidup dengan falsafah petani ini, dan tidak pernah mengambil resiko menghadapi kegagalan. Mereka lebih suka "main amannya saja." Orang-orang ini tidak akan merasakan gairah kemenangan, sebab untuk merebut kemenangan orang harus berani mengambil resiko gagal.

C.T.Studd membuat pernyataan yang hebat tentang pengambilan resiko. "Apakah penjudi yang mencari emas begitu banyak dan penjudi yang mencari Tuhan begitu sedikit?" Dia adalah misionaris besar yang ketika diperingatkan agar tidak kembali ke Afrika karena kemungkinan dia akan mati sebagai martir, menjawab, "Puji Tuhan, saya memang sedang mencari kesempatan untuk mati bagi Yesus." Bagaimana bisa orang seperti itu gagal? Dia memiliki segala-galanya untuk menang dan tidak takut kehilangan apa pun.

Komentar

Anonim mengatakan…
wah, apa enaknya hidup kalo ga berani ambil resiko ya? ckckck...

Postingan populer dari blog ini

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

Menyibak Halimun Puncak Bromo

Setelah tidur 2 jam, tepat tengah malam kami berpamitan untuk meneruskan perjalanan kami ke Bromo. Gelapnya malam tidak terasa karena malam itu kebetulan malam bulan purnama. Keindahan bulan purnama yang bersinar diantara pegunungan membuatku ingin mengabadikannya. Begitu keluar dari mobil, Brrrrrr..... hawa dingin langsung menyergap, membuat tubuh ini gemetaran. Walhasil, foto bulannya malah jadi begini. ( hehehe... yg motret kayaknya lagi punya masalah sama hati nih... ) Jam 04.00 kami tiba di pos terakhir. Sebenarnya kami ingin ke Penanjakan untuk melihat sunrise dengan mobil pribadi tetapi ternyata hal itu tidak diperbolehkan. Kami diharuskan menyewa mobil dari penduduk setempat. Begitu mendengar tarifnya, kami langsung terhenyak lemas. Bayangkan 600 ribu harus kami keluarkan untuk menyewa pulang-pergi mobil jenis Toyota Hartop. Tawar-menawarpun terjadi dengan seru. Disepakati tarifnya 150rb tetapi hanya sampai di kaki Gunung Bromo sebab katanya dari situ juga bisa melihat sunrise...

TAAT

Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebuah batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya. Hal ini kemudian dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan sia-sia. Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya." Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat t...