Langsung ke konten utama

Perpisahan ke Malang

Meskipun Semarang tadi malam diguyur hujan, namun hal itu tidak menyurutkan niat kami untuk melepas rekan kami Daniel Wijaya dan Ruth Lygia. Setelah selama kurang lebih 13 tahun bersama-sama melayani di Semarang, mereka mendapatkan visi untuk melayani Tuhan di kota Malang.

Acara jamuan sederhana yang diadakan di RM Istana - Mataram berlangsung cukup hangat. Yang unik, biasanya dalam perpisahan yang memberi kesan-kesan adalah yang ditinggalkan. Tapi kali ini justru Daniel & Ruth yang memberi kesan. Mereka menceritakan kesan-kesan yang diperoleh mereka terhadap setiap yang hadir dalam acara itu selama bersama-sama melayani Tuhan. ( Kesan mereka terhadap saya : Saya ini orangnya humoris, bahkan mereka berdoa supaya aku punya acara seperti Empat Mata ).

Setelah makan-makan, acara dilanjutkan dengan foto bersama.
( Maaf, belum sempat upload foto )

Sebelum pulang, kami pun bersama-sama berdoa bagi ke dua rekan kami ini supaya dimanapun mereka berada, mereka tetap dapat menjadi berkat bagi sekeliling mereka.

Akhir kata,

Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan
Setiap ada perpisahan, pasti ada makan-makan
Setiap ada makan-makan, pasti ada urunan
( Hooiii.. yg belum bayar urunan, ayo cepetan bayarrr.... !!! )

Komentar

Anonim mengatakan…
makan2 ra ngajak2 ikss...huuuu....
Kang Andhi mengatakan…
@Traju
lha dikau wis urunan rung...???

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se

Menyibak Halimun Puncak Bromo

Setelah tidur 2 jam, tepat tengah malam kami berpamitan untuk meneruskan perjalanan kami ke Bromo. Gelapnya malam tidak terasa karena malam itu kebetulan malam bulan purnama. Keindahan bulan purnama yang bersinar diantara pegunungan membuatku ingin mengabadikannya. Begitu keluar dari mobil, Brrrrrr..... hawa dingin langsung menyergap, membuat tubuh ini gemetaran. Walhasil, foto bulannya malah jadi begini. ( hehehe... yg motret kayaknya lagi punya masalah sama hati nih... ) Jam 04.00 kami tiba di pos terakhir. Sebenarnya kami ingin ke Penanjakan untuk melihat sunrise dengan mobil pribadi tetapi ternyata hal itu tidak diperbolehkan. Kami diharuskan menyewa mobil dari penduduk setempat. Begitu mendengar tarifnya, kami langsung terhenyak lemas. Bayangkan 600 ribu harus kami keluarkan untuk menyewa pulang-pergi mobil jenis Toyota Hartop. Tawar-menawarpun terjadi dengan seru. Disepakati tarifnya 150rb tetapi hanya sampai di kaki Gunung Bromo sebab katanya dari situ juga bisa melihat sunrise