Langsung ke konten utama

Siapakah Yang Terhebat Di Dalam Hidupmu?


Seorang pengembara ingin melihat pemandangan di balik suatu gunung yang sangat tinggi. Setelah mempersiapkan perlengkapan, ia pun berangkat. Perjalanan yang ditempuhnya cukup jauh sehingga bekal yang dibawanya menipis. Ia menguatkan hatinya dan meneruskan perjalanan walau harus menghemat. Suatu siang langkahnya terhenti karena di depannya terbentang semak belukar yang lebat dan berduri. Ia harus melewati semak belukar itu karena tidak ada jalan alternatif. “Jika aku melewati semak ini maka kulitku pasti luka-luka. Tapi aku harus melanjutkan perjalanan ini,” katanya dalam hati. Ketika pengembara itu menerobos semak belukar, terjadilah keajaiban, ia tidak mengalami satu pun luka goresan. Sambil berjalan ia berkata dalam hati “Betapa hebatnya aku. Semak belukar pun tidak mampu menghalangi langkahku.” Satu jam kemudian tampak di hadapannya kerikil-kerikil tajam yang harus dilewatinya. “Jika aku melewati kerikil-kerikil ini, pastilah kakiku akan terluka, tapi aku harus melewatinya,” katanya dalam hati. Dengan tekad yang bulat ia berjalan di atas kerikil-kerikil tajam itu dan keajaiban terjadi lagi, tak satu pun kerikil yang melukai kakinya. Sekali lagi ia berkata dalam hatinya, “Betapa hebatnya aku. Kerikil tajam pun tidak mampu menghalangi langkahku.” Pengembara itu hampir sampai di puncak gunung, tetapi kembali ia menjumpai rintangan. Ada banyak batu besar dan licin yang harus dilaluinya. “Jika aku harus mendaki dengan melewati batu-batu ini, aku bisa jatuh dan tergelincir. Mungkin tangan atau kakiku akan patah, tapi aku benar-benar ingin sampai di puncak, aku harus melewatinya. Bersemangatlah hai jiwaku!” katanya dengan antusias. Pengembara itu mulai mendaki dan …. Ia tergelincir, namun anehnya setelah bangkit ia tidak merasakan sakit sama sekali. “Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal ini pun tidak dapat menghalangi tekadku,” katanya sambil berjalan membusungkan dada. Tak berapa lama kemudian sampailah ia di puncak gunung.

Ia begitu bersuka cita melihat pemandangan indah dari puncak gunung itu. Sejenak ia memejamkan matanya dan menghirup dalam-dalam udara gunung yang segar. Ketika pengembara itu menoleh ke belakang, terkeujtlah ia melihat sesosok tubuh yang penuh luka sedang duduk memandanginya. Tubuhnya penuh luka dan darah, sepertinya ia tidak dapat menggerakkan kaki dan tangannya karena patah. Berkatalah si pengembara itu kepadanya, “Siapakah engkau, mengapa tubuhmu penuh luka? Apakah karena rintangan-rintangan yang ada di sepanjang jalan tadi? Engkau tidak sehebat aku sobat, aku bisa melewati semuanya tanpa luka sedikit pun.” Kemudian sosok yang penuh luka itu menatapnya dan berkata, “Aku adalah Tuhanmu, yang menyertai engkau dalam perjalanan ini. Ketahuilah, saat engkau melewati semak belukar, Aku memelukmu erat-erat supaya tak satu duri pun merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil-kerikil yang tajam, Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu-batu yang licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satu pun tulangmu yang patah.” Setelah mendengar penjelasan sosok yang penuh luka itu, si pengembara terduduk. Ia menyadari tanpa Tuhan, ia tidak akan sampai ke puncak gunung dengan selamat.

Siapakah pengembara itu? Kitalah pengembara yang angkuh dan merasa hebat itu. Kita berpikir betapa hebatnya kita yang mampu mengatasi segala rintangan dan pencobaan sehingga kita menjadi manusia yang sukses. Kita seringkali lupa bahwa Tuhan-lah yang selalu menyertai dan melindungi kita. Kita tidak menyadari bahwa campur tangan Tuhan-lah yang memampukan kita meraih kesuksesan!

Komentar

Anonim mengatakan…
waw...
satu lagi cerita menyentuh dari mas Andhi. Memang kita kita nggak boleh sombong, sombong itu perbuatan bodoh..

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se