Langsung ke konten utama

Mengejar PreWedding

Tanpa diduga-duga, aku diminta bantuan oleh mentor-ku untuk membantu pemotretan pre-wedding dari rekanku, Hendry dan Ane. Tanpa pikir panjang, langsung saja aku setujui. Tanggal pemotretannya 22 Mei 2007 dengan 3 orang fotografer, yaitu : Pak Sam (mentor-ku) memakai kamera Canon EOS 20D, Ari (belakangan baru tahu kalo Ari ini ternyata masih saudaraku. Sorry, Bro...) memakai kamera Canon EOS Kiss Digital X dan aku sendiri memakai Nikon D-100 plus Panasonic FX10.

Jam 07.00 kami sudah standby di Salon La Rose yang terletak di jalan Kartini untuk memotret mempelai secara candid.



Jam 08.30 kami pamit untuk mengisi perut. Laperrr....... setelah itu baru ke studio foto.
Jam 09.00 kami tiba di gereja. Lho, katanya mo ke studio foto? hehehe... jangan bingung dulu. GBI Gajah Mada Semarang tempatku beribadah punya Departemen MultiMedia yang dikomandani oleh Pak Sam dan kantor MM ini bisa disulap 'sim-salabim' menjadi sebuah studio foto.
Mengapa memilih background putih padahal gaun mempelainya juga putih? Disinilah tantangannya.... bagaimana kami bisa memunculkan detail putihnya gaun mempelai wanita dengan background yang putih juga.



Jam 11.00 kami tiba di jembatan gantung. Masih ingat, khan???
Tetapi karena matahari sudah tinggi, maka kami tidak terlalu banyak mengambil foto di jembatan gantung. Tetapi untunglah ada lokasi lain yaitu di sebuah pohon yang di bawahnya terdapat lincak.




Jam 13.00 tibalah kami di Mutiara Restaurant - Gombel. Inilah tempat nantinya akan dilangsungkan resepsi pernikahan.




Dari sini kami meluncur ke RM Indah Sari yang terletak di daerah Bawen untuk makan siang. Dan karena lokasinya bagus untuk foto2, maka sesi pemotretan tetap dilangsungkan di tempat ini.




Jam 15.25 kami sudah berada di Stasiun Kereta Api Tuntang. Di sini kami berkenalan dengan penjaga stasiun yang dengan senang hati mengijinkan kami untuk memotret di daerah kekuasaannya. Dan berkat bapak penjaga inilah, kami juga menemukan lokasi lain yang tidak kalah eksotiknya yaitu di pintu air Indonesia Power.





Biasanya untuk sunset, lokasi yang dipilih pasti di pantai. tetapi kami beda !!! Kami justru memilih lokasi di areal persawahan.



Selesai di daerah Tuntang, kami kembali ke Semarang. Pulang?? Belum, kami menuju Mutiara Restaurant lagi untuk makan malam dan tetap foto-foto donk...



Sebagai obyek pamungkas, dipilihlah lokasi Polder Tawang. Kami tiba di lokasi ini pada pukul 21.00 (Bayangin sendiri dech.. reaksi orang-orang di Polder Tawang saat kami tiba di sini.)
Kesulitan timbul karena kami lupa bawa tripod. Seperti diketahui untuk memotret di tempat yang sedikit cahayanya, maka untuk tetap dapat menampilkan detail harus memotret dengan kecepatan rendah. Sedangkan untuk memotret dengan kecepatan rendah, diperlukan tripod. Untunglah hal ini dapat diatasi dengan kolaborasi antara kamera Panasonic FX10 dengan blitz dari kamera Canon.





Jam 22.00 barulah acara pemotretan ini selesai !!

Komentar

Anonim mengatakan…
hiii...
t4nya bagooos...
picnya jg bagooos jg...
escoret mengatakan…
aku kira situ yg nikah..!!!!
ngasih judulnya HOAX....

tp,keren kok....
Zam mengatakan…
picture nya mantab!
didukung kamera mantab dan skill yang hebat..

sayang modelnya bukan saya..

:D
Kang Andhi mengatakan…
@Ari
Thanks....

@Pepeng
hihihi.... sengaja...

@Muhammad
makanya cepetan cari cewek, biar modelnya dirimu
Anonim mengatakan…
Wow bukan main pre weddingnya, dari pagi sampe malem... !!! keren... itu Canon EOS 20D, salah ketik dikit...
Anonim mengatakan…
wah, lokasinya keren-keren bo', tapi hebat ya, mereka pake baju itu dari pagi sampe malem, trus pindah2 lokasi gitu???? wow....kalau lepas pake kan ribet banget tu ceweknya??? wih...hebat...ga kebayang...
Kang Andhi mengatakan…
@Cordiaz
thanks atas masukannya...

@teresa
aku sendiri salut ama pengantennya.
liat aja smile-nya tetap sama dr pagi smp malam.
Anonim mengatakan…
wah... tekan stasiun tuntang...
kapan kae aku yo bar rono, jujur wae yen awan rodo ra sip...
apik yen isih esuk tur berkabut...
tapi apik2 potone...
Unknown mengatakan…
waaa yg paling keren di polder tawang !
lawabiroe mengatakan…
halah..
tak dereki sampean sing meh nikah
btw, meh alih profesi dadi potograper yo mas..
rela meninggalkan "area pedurungan" ???
kekekekek...

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se