Bukan... ini bukan postingan tutorial cara mengintip SMS dari ponsel orang lain. Tapi cerita saat pelayanan kerohanian ke pulau Nusakambangan yang identik dengan Super Maximum Security area.
Untuk sampai ke pulau yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap ini, kita harus ke dermaga Wijayapura untuk naik kapal ferry dengan tarif pulang pergi Rp 75.000,- per mobil. Jumlah penumpang dalam mobil tidak dihitung. Rombongan kami datang dengan 4 mobil. Sesudah masuk semua, kapal pun berangkat. Waktu penyeberangan tidak lama, hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit. Setelah merapat di Dermaga Sodong, perjalanan selanjutnya ditempuh dengan mobil. Sepanjang perjalanan yang kami lihat hanyalah hutan yang masih perawan.
Saat ini di Pulau Nusakambangan terdapat 6 Lapas. Tapi kami hanya mengunjungi 4 Lapas, yaitu Lapas Batu (terdekat dengan dermaga), Besi, KembangKuning dan Permisan. Rombongan kami yang datang dari GBI Gajah Mada Semarang sebanyak 24 orang terpaksa harus dibagi menjadi 2 kelompok supaya dapat mengunjungi ke empat Lapas ini. Aku termasuk di kelompok yang mengunjungi Lapas Besi dan Permisan. Sebuah papan berisi kalimat yang cukup menyentuh, terpampang di depan Lapas Batu.
Rombongan kami lalu menuju ke Lapas Besi. Sebelum masuk, kami harus digeledah terlebih dulu. Termasuk sembako yang kami bawapun juga harus digeledah terlebih dulu. Barang yang dilarang dibawa masuk adalah Ponsel, kamera dan obat-obatan daftar G. Sewaktu aku digeledah, 2 tablet obat Tolak Angin yang dikantongi tidak luput dari pemeriksaan. Setelah dinyatakan aman, baru kami diperbolehkan masuk. Di sini kami melayani sebanyak 24 orang. Sungguh waktu puji-pujian dinaikkan, secara pribadi, hati ini tergetar. Apalagi saat mendengarkan kesaksian mereka dimana mereka justru bertemu dengan Tuhan di tempat yang dijauhi orang. Ternyata tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menjangkau umat-Nya.
Selepas dari Besi, kami menuju ke Lapas Permisan. Sesampainya di Lapas ini bertepatan dengan waktu pergantian jaga sehingga kami harus menunggu terlebih dulu. Sambil menunggu, kami pun makan siang. Setelah diperbolehkan masuk, kami memulai pelayanan. Di sini kami melayani 9 orang. Salah seorang diantara mereka, bulan Agustus nanti akan bebas karena mendapat remisi. Setelah menyampaikan kesaksian, mereka pun memperdengarkan lagu ciptaan mereka yang berjudul "Nusakambangan" sekaligus untuk mengenang rekan mereka yang menjadi korban tsunami. Meskipun terletak di balik bukit, tetapi karena berhadapan dengan Laut Pantai Selatan, Lapas ini tidak luput dari terjangan tsunami beberapa waktu yang lalu. Simak reff-nya :
di sini ku mengenali dosaku
di sini ku belajar Firman Tuhan
di sini ku meminta pada Tuhan
agar aku menjadi hamba-Nya
di sini ku belajar Firman Tuhan
di sini ku meminta pada Tuhan
agar aku menjadi hamba-Nya
Mendengar lagu ini, muncul bisikan dari hati betapa kita sering tidak mengenali dosa yang kita perbuat. Dan kita baru sadar saat sudah terlambat. Tetapi sungguh Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat baik, yang tidak pernah membiarkan umat-Nya jatuh terpuruk dalam dosa. Tangan-Nya selalu terbuka untuk menerima kita kembali bila kita sungguh-sungguh bertobat dan menerima Dia dalam hati kita.
Dari Permisan, kami menuju Pantai Pasir Putih Permisan. Dalam perjalanan, kami melewati Lapas Pasir Putih atau yang lebih dikenal dengan Lapas SMS (Super Maximum Security). Karena baru dibuka tanggal 22 Juni kemarin, kami belum sempat mengurus izin untuk melayani di Lapas ini sehingga kami belum bisa masuk. Satu Lapas lagi adalah Lapas Narkotika tapi belum dipergunakan karena sedang dalam tahap pembangunan.
Gapura bertuliskan "Komando" menyambut kami saat memasuki pantai Permisan. Ternyata pantai ini sering dipakai untuk pembaretan Komando Pasukan Khusus. Ditandai dengan sebuah pisau komando raksasa yang tertancap di sebuah karang. Melihat keindahan pantai Permisan ini, tak ayal tangan ini pun gatal untuk mengabadikannya.
Di pantai ini, kami juga ditawari kerajinan yang dibuat oleh para napi berupa batu akik. Yang menawarkan adalah para napi yang bertugas di luar penjara. Mereka ini adalah yang waktu pembebasannya kurang dari dua tahun. Hasil penjualan batu akik ini dibagi rata dengan pembuatnya, yaitu rekan-rekan mereka yang belum diizinkan keluar dari penjara. Uang yang mereka peroleh merupakan bekal untuk mereka pulang saat bebas nanti. Setelah puas menikmati keindahan pantai dan segarnya kelapa muda kami pun kembali ke dermaga. Selama menunggu waktu kedatangan kapal dan selama perjalanan penyeberangan, jiwa narsis saya pun kumat.
Komentar
piss :)
Nusakambangan, salah satu keindahan Indonesia yang tersisihkan.. :)
Mantab!!