Sudah pada nonton “Superman Returns” khan? Setelah nonton film ini, terbersit pikiran mengapa manusia tidak diciptakan seperti Superman? Bukankah semuanya akan menjadi lebih baik jika manusia mempunyai kapasitas sebagai manusia super? Dengan kemampuan terbangnya, Superman dapat memecah gelombang tsunami. Dengan kemampuan X-Ray Vision, sumber semburan lumpur panas dapat dideteksi. Dengan super breath, kebakaran hutan dapat segera dipadamkan. Tetapi mengapa Tuhan tidak melakukannya? Apakah Tuhan tidak sanggup?
Tiba-tiba muncul pikiran lain. Benarkah dunia akan menjadi lebih baik jika manusia diciptakan dengan kemampuan seperti Superman? Bukankah dunia justru bagaikan telur di ujung tanduk jika kita semua menjadi seperti Superman?
Seandainya kita menjadi Superman, bukan tidak mungkin sifat dasar manusia yang egois akan semakin menjadi-jadi. Manusia akan menjelma menjadi sosok yang egosentris. Mengapa? Karena segala sesuatunya bisa kita kerjakan sendiri, kita tidak akan pernah merasa membutuhkan orang lain. Bahkan bisa jadi karena kekuatan dan kemampuan supernya, kita mengabaikan Tuhan.
Untunglah kita tidak diciptakan seperti Superman. Masing-masing kita mempunyai kelemahan dan kelebihan sehingga tidak ada pilihan lain kecuali kita merasa saling membutuhkan. Kelemahan kita ditutup orang lain sedangkan kelebihan kita dipakai untuk menutup kelemahan yang lain. Dengan demikian terkikislah sifat egois dan keangkuhan kita. Untunglah kita bukan Superman, sehingga kita selalu ingat kepada Tuhan saat kita dalam kelemahan dan membutuhkan pertolongan-Nya.
Ada pepatah lama mengatakan bahwa manusia diciptakan seperti malaikat tapi dengan satu sayap dan mereka hanya bisa terbang jika mereka saling berpelukan. Jadi agar bisa terbang kita membutuhkan sayap orang lain. (Jadi ingat, bukankah penemu pesawat terbang juga dua orang yaitu Orville Wright dan Wilbur Wright). Itulah sebabnya manusia yang merasa bisa melakukan semuanya sendiri adalah manusia yang paling celaka. Mengapa? Karena sebenarnya ia hanya punya satu sayap dan dengan satu sayap tidak mungkin ia bisa terbang.
So, because I am not Superman.. I need your help to make me flight
Tiba-tiba muncul pikiran lain. Benarkah dunia akan menjadi lebih baik jika manusia diciptakan dengan kemampuan seperti Superman? Bukankah dunia justru bagaikan telur di ujung tanduk jika kita semua menjadi seperti Superman?
Seandainya kita menjadi Superman, bukan tidak mungkin sifat dasar manusia yang egois akan semakin menjadi-jadi. Manusia akan menjelma menjadi sosok yang egosentris. Mengapa? Karena segala sesuatunya bisa kita kerjakan sendiri, kita tidak akan pernah merasa membutuhkan orang lain. Bahkan bisa jadi karena kekuatan dan kemampuan supernya, kita mengabaikan Tuhan.
Untunglah kita tidak diciptakan seperti Superman. Masing-masing kita mempunyai kelemahan dan kelebihan sehingga tidak ada pilihan lain kecuali kita merasa saling membutuhkan. Kelemahan kita ditutup orang lain sedangkan kelebihan kita dipakai untuk menutup kelemahan yang lain. Dengan demikian terkikislah sifat egois dan keangkuhan kita. Untunglah kita bukan Superman, sehingga kita selalu ingat kepada Tuhan saat kita dalam kelemahan dan membutuhkan pertolongan-Nya.
Ada pepatah lama mengatakan bahwa manusia diciptakan seperti malaikat tapi dengan satu sayap dan mereka hanya bisa terbang jika mereka saling berpelukan. Jadi agar bisa terbang kita membutuhkan sayap orang lain. (Jadi ingat, bukankah penemu pesawat terbang juga dua orang yaitu Orville Wright dan Wilbur Wright). Itulah sebabnya manusia yang merasa bisa melakukan semuanya sendiri adalah manusia yang paling celaka. Mengapa? Karena sebenarnya ia hanya punya satu sayap dan dengan satu sayap tidak mungkin ia bisa terbang.
So, because I am not Superman.. I need your help to make me flight
Komentar
maka dari itu manusia tercipta untuk saling melengkapi satu sama lainnya.
mata bisa kasih sayap tambalan pakai photoshop kalau kamu mau
hehehe... begitulah manusia ;)