Langsung ke konten utama

Melancong Ke Jawa Timur

Perjalanan ke Jawa Timur ini dimulai pada hari Jumat 30 Maret 2007 pukul 23.00 WIB, molor dua jam dari rencana. Rombongan terdiri dari aku, Krisna, Titik, Widi dan pacarnya plus satu driver. Berhubung sudah larut malam, maka begitu masuk mobil teman-teman langsung pada merem semua. Sedangkan aku karena duduk di samping pak kusir, eh driver yang sedang bekerja maka harus melek juga. Dari ngobrol ngalor-ngidul, ketauan kalo sang driver ternyata orang tuanya Daniel Wijaya ( baca postingan : Perpisahan Ke Malang ).

Pukul 02.17 mataku udah nggak sanggup melek lagi. Lagi enak-enaknya merem, tiba-tiba si Titik menepuk bahuku sambil nyodorin botol air minum supaya aku berikan ke driver. Waktu ku lirik jam digital yang terpasang di dashboard mobil ternyata baru menunjukkan pukul 02.44 dini hari. Karena kaget aku jadi nggak bisa tidur lagi dan melek sampai tiba di Surabaya pukul 06.00 pagi.

Di Surabaya, kami numpang mandi dan sarapan di rumahnya Tius, sahabatnya Titik. Pukul 08.00 kami melanjutkan perjalanan ke Malang, tepatnya ke lokasi Air Terjun Kakek Bodo di daerah Tretes. Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, kami tiba di lokasi, tetapi kami harus menelan kekecewaan waktu membaca pengumuman yang terpasang. Bunyinya : "Mulai Desember 2006 Wana Wisata Kakek Bodo ditutup sampai cuacanya memungkinkan." Usut punya usut ternyata ini ada kaitannya dengan musibah banjir bandang yang melanda padusan air panas di daerah Pacet. Agaknya pengelola tidak mau musibah yang sama terjadi di Tretes.

Untuk mengobati kekecewaan, kami pun keliling-keliling di daerah Tretes, daerah yang kalo di Semarang mirip dengan Bandungan. Banyak villa yang didirikan dan berkat driver kami yang mengenal daerah itu, kami dibawa ke sebuah villa yang bentuknya unik. Villa itu berbentuk kapal, jadi kalo diliat dari kejauhan bentuknya kayak kapal yang terdampar di pegunungan.
( Hmm... jadi ingat kisah Nabi Nuh yang disuruh Tuhan membuat bahtera di a
tas gunung )

Dari Tretes, kami turun ke kota Malang untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan. Maklum sudah jam 12.00 apalagi hawanya dingin. Setelah putar-putar, kami berhenti di Warung Ungu - yang kata pak driver - terkenal dengan rawonnya.

Begitu selesai makan dan hendak melanjutkan perjalanan, hujan tiba-tiba turun dengan sangat derasnya sehingga kami memutuskan untuk langsung menuju ke rumah Daniel Wijaya saja. Begitu sampai, tuan rumah nampak terkejut melihat kedatangan kami, apalagi melihat driver-nya ternyata orang tuanya sendiri. Hehe.. kami memang sengaja bikin surprise.

Sesudah acara kangen-kangenan, mandi, istirahat dan makan malam, pukul 19.00 kami semua menuju Malang Town Square, hypermart teranyar dan terbesar di kota Malang. Berhubung dana cekak, aku sih cuma window shopping aja.

Pukul 22.00 kami tiba kembali di rumah Daniel yang terletak di daerah Tidar Villa Estat itu. Kami pun tidur dengan segudang pertanyaan... Apa yang akan terjadi di Bromo besok? Apakah kami dapat melihat sunrise di Bromo? Apakah kami harus menelan kekecewaan lagi?

Komentar

Anonim mengatakan…
waduhh pengen tuhh ke malang, ko bersambung segala sihh ms
Anonim mengatakan…
weh..., ono nyambung segala nech, btw maaf mas ga jadi ikut soale arwahku trus2an ngajak neng jogja je...
next deh....
foto2 alamnya dong mana...
Kang Andhi mengatakan…
hehehe... biar kalian datang lagi ke blogku makanya aku buat bersambung.....
Anonim mengatakan…
we want pictures! :D

hehehehe

huhuhuhuhu,,, kemaren ayahandaku tercinta juga ngajak melancong ke jawa timur, tapi aku lagi ujian, jadi ngga bisa ikut. membaca postingan ini membuatku patah hati *halah*
Adi mengatakan…
wah mas andhi ternyata udah ke bromo yah, ada rencana nih buat kesana, nanti minta tips yah :)

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se