Seorang teman pernah menceritakan pengalamannya saat ia masih bekerja sebagai seorang salesman. Pekerjaanya mengharuskan ia keliling kota setiap hari. Dengan fasilitas mobil kantor, ia harus keliling dari satu kota ke kota lain, dari satu mall ke mall yang lain. Dan ia selalu jengkel terhadap seorang tukang parkir di satu mall. Di mall tersebut sangat sulit mencari tempat parkir. Kalaupun ada, sangat sulit untuk bisa parkir tanpa bantuan tukang parkir. Tapi anehnya, kalau ia hendak keluar - entah datang darimana - tukang parkir itu tiba-tiba sudah ada di samping jendela mobilnya dan tanpa merasa bersalah menagih uang parkir. Hal ini terjadi tidak satu dua kali, tapi berulang kali.
Suatu kali karena sudah dalam puncak kejengkelan, ia membuka kaca jendela lalu hendak memaki-maki tukang parkir itu. Tetapi dari dalam hatinya seperti ada suara yang mengingatkannya. “Untuk apa kau lakukan itu? Kelakuanmu tidak akan memperbaiki keadaan.” Mendengar itu, ia mengurungkan niatnya memaki-maki si tukang parkir. Ia justru mengeluarkan uang lima ribu rupiah lalu memberikannya dan tidak meminta uang kembalian. Dari balik kaca jendela, ia melihat kegembiraan di wajah tukang parkir itu. Dan sejak kejadian itu setiap kali ia hendak parkir di mall tersebut, dari kejauhan si tukang parkir itu sudah berlari-lari menyongsong dia, mencarikan tempat dan membantu mobilnya untuk parkir.
Dari pengalaman ini kejahatan tidak perlu dibalas dengan kejahatan dan memaafkan kesalahan orang lain bukanlah tanda kelemahan, seperti anggapan sebagian besar orang. Kesediaan memaafkan justru menunjukkan bahwa kita adalah orang yang kuat dan menang di dalam mengatasi pencobaan.
Komentar
menyumpahi diri kita sendiri kalo dengan kejahatan itu kita bisa dapet jaguar, gimana? huehehehe
*Mahatma Gandhi*