Langsung ke konten utama

Sorotan Kamera

Video kamera memalsukan banyak hal. Saat video kamera diarahkan ke seseorang, tidak mungkin orang itu menjadi dirinya sendiri. Yang biasanya urakan atau ugal-ugalan, mendadak menjadi cool dan jaim. Saat kamera berlalu, tingkah yang asli pun keluar dan berbeda 180 derajat dari sikap sebelumnya.

Di hadapan manusia kita selalu jaim. Itu baik dan bukan hal yang salah. Tapi sayang kita ada sisi-sisi lain yang selalu kita sembunyikan. Saat tidak ada banyak orang yang tahu, maka sifat asli kita pun keluar. Dari Puji Tuhan berubah jadi makian. Tidak ada lagi senyuman yang tersungging. Tidak ada lagi kata-kata rohani, sebaliknya sifat nature kita sebagai manusia berdosa benar-benar dengan jelas terlihat!!

Ah, seandainya saja ada kamera yang selalu menyorot kehidupan setiap orang 24 jam sehari. Dunia pasti akan langsung terlihat beda. Tidak ada lagi yang jahat, semuanya baik. Tidak ada lagi yang selingkuh atau sekedar TTM, semua setia. Sayang tidak ada kamera yang menyorot kehidupan manusia 24 jam sehari. Masak sih tidak ada kamera yang menyorot 24 jam sehari? Bukankah ada kamera dari surga yang terus mengawasi kehidupan manusia full 24 jam sehari? Manusia itu unik. Ia lebih takut kamera buatan manusia daripada kamera yang menyorot dari surga. Manusia sebenarnya tahu kalau Tuhan selalu mengawasi apa saja yang diperbuatnya, tapi dosa sudah menumpulkan nuraninya.

Semoga saja tulisan ini paling tidak menyentuh nurani kita untuk kembali peka. Menyadari bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, semuanya telanjang dn terbuka. So, meski tidak ada yang melihat, jagalah integritas kita, sebab bagaimanapun juga ada sepasang mata yang terus melihat kita.

Source Gambar : sinsiamelectronics.com

Komentar

Anonim mengatakan…
jadinya bakal banyak kamera donk kalo setiap orang disorot? :P

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se