Langsung ke konten utama

Kehilangan Jam Tangan

Seorang tukang kayu begitu sibuk menggergaji sehingga tanpa sadar jam tangan yang dipakainya terlepas dari tangannya dan jatuh ke dalam tumpukan serbuk kayu yang menggunung. Jam tangan itu merupakan pemberian orang tuanya yang sangat berharga dan ia sudah memakai jam tangan itu puluhan tahun. Tukang kayu itupun segera meletakkan gergajinya dan mulai mengorek-ngorek serbuk kayu yang ada di depannya. Satu menit, dua menit, tiga menit sampai sepuluh menit mencari, namun usahanya sia-sia. Ia tidak menemukan jam tangan kesayangannya itu. Beberapa temannya berupaya membantu tapi gagal.

Tak lama kemudian, jam makan siang tiba. Para pekerja meninggalkan bengkel kayu tersebut. Si tukang kayu yang kehilangan jam, keluar dengan tidak bergairah karena pikirannya masih tertuju pada jam tangan yang hilang. Seorang anak kecil yang sejak tadi memperhatikan usaha para tukang mencari jam, kemudian mendekati tumpukan serbuk kayu yang ada di bengkel tersebut. Perlahan-lahan ia mulai jongkok dan tidak bergerak selama beberapa detik. Tak lama kemudian ia sudah menemukan jam tangan tersebut lalu mengembalikan kepada tukang kayu itu. “Bagaimana mungkin engkau bisa menemukan jam tangan ini dalam waktu cepat? Tadi kami sudah mencarinya selama beberapa menit tapi kami tidak berhasil menemukannya,” tanya si tukang kayu di sela-sela kegembiraannya. “Mudah saja, saya duduk dengan tenang dalam keheningan dan dalam keheningan itulah saya bisa mendengarkan tik-tak-tik-tak dari jarum jam yang jatuh itu."

Setiap hari kita terjerumus ke dalam kesibukan dan “kebisingan” yang berkepanjangan. Kadang kita merasa bahwa waktu 24 jam sehari tidaklah cukup untuk menyelesaikan pekerjaan dan tugas yangbegitu menumpuk. Ada baiknya kita mengambil waktu untuk berdiam diri dalam keheningan bersama dengan Tuhan. Jarang sekali kita berpikir jernih dan bertindak bijak terhadap banyak hal ketika batin kita ada dalam “kebisingan”. Tenangkan jiwa kita bersama dengan Tuhan dan kita akan menemukan sesuatu yang hilang dari diri kita. Sesuatu yang hilang itu bisa berupa sukacita, damaisejahtera, kekuatan atau gairah hidup. Percayalah bahwa di dalam kebersamaan kita dengan Tuhan, Ia akan menambahkan kepada kita kekuatan baru, kedamaian dan semua yang pernah hilang dalam jiwa kita. Banyak kali kita berpikir bahwa berdiam diri hanya akan menyita waktu-waktu penting kita untuk menyelesaikan pekerjaan. Tapi sering terjadi justru banyak hal yang dapat kita lakukan dengan lebih maksimal setelah Tuhan menyegarkan jiwa kita melalui keheningan bersama dengan Dia.

Komentar

Anonim mengatakan…
waah..
dalem nih mas Andhi. hehehe...
Hannie mengatakan…
hmmm, berhikmah :-)
Sisca mengatakan…
Renungan yg menarik, mas.

Sering kita terlalu tergesa2, sehingga lupa..kalo ketenangan akan lebih mampu menyelesaikan masalah :))

Postingan populer dari blog ini

Saatku Melewati Lembah Kekelaman

Saatku melewati lembah kekelaman Badai hidup menerpaku Mataku memandangMu yang jaga jiwaku Kudapatkan pengharapan Ketika bebanku berat Dalam jalan hidupku Awan kelam menutupi Ku datang padaMu Tuhan yang pimpin langkahku Kudapatkan pengharapan PadaMu Yesusku, kusujud dan berseru Mengangkat tangan berserah padaMu Nyatakan kehendakMu bukanlah kehendakku Kutahu Kau s'lalu sertaku tak pernah tinggalkanku

Selamat Jalan, Pak Sebadja………

Sehabis mengisi pelatihan internet , sesampainya di rumah ponselku tiba-tiba berbunyi tanda ada SMS masuk. Isinya : Info Sekretariat : Bp. Pdt. Lukas Sebadja meninggal pk. 15.00 WIB di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Beliau adalah gembala sidang GBI Gajah Mada Semarang, gereja tempat aku beribadah selama ini. Sungguh aku merasa kehilangan sosok gembala tangguh yang low profile dan sederhana ini. Yang dapat kukenang dari beliau ini adalah dalam setiap khotbahnya, beliau selalu menekankan bahwa hidup ini serius. Mengapa? Karena kekekalan yang akan kita terima ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup yang singkat di dunia ini. Selamat Jalan, Pak Sebadja……… To everything there is a season and a time to every purpose under the heaven. He hath made everything beatiful in his time. (Ecclesiates 3: 1, 11)

RELINQUENDA

Ada seorang pengusaha kaya yang mendirikan sebuah pabrik yang besar. Ketika segala sesuatu telah siap untuk beroperasi sesuai dengan rencana, pengusaha itu lantas memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk menuliskan di gerbang pabrik itu sebuah kata, yaitu : “Relinquenda” yang artinya “Aku akan meninggalkannya!!” Pengusaha itu telah susah payah bertahun-tahun mengumpulkan modal untuk membangunnya dan dengan keberhasilannya membangun pabrik itu, ia dikagumi oleh kolega-koleganya dan dipuja masyarakat. Pengusaha itu amat yakin bahwa ia akan memperoleh keuntungan yang besar, tetapi mengapa ia harus menuliskan kata “Relinquenda” di gerbang pabriknya yang besar dan megah itu? Ternyata ia sadar bahwa pada suatu ketika ia akan pergi menghadap Tuhan dan segala sesuatu yang dimilikinya akan ditinggalkannya. Di dalam keberhasilan hidup kadang kita lupa diri dan selalu menyombongkan keberhasilan yang telah kita raih. Kita lupa bahwa apa yang kita capai hanyalah kepercayaan yang sifatnya se